Kami dari kelompok 3 menyajikan materi arsitektur vernakuler yg bertemakan rumah adat Kudus,tepatnya JOGLO PENCU.
Untuk mendapatkan data-data dari rumah adat kudus ini pertama-tama kami melakukan penelitian secara teoritik,mencari dari berbagai sumber,baru setelah itu kami melakukan survei lokasi dan presentasi pada akhir kuliah.
Joglo Pencu
Rumah
adat Kudus memiliki simbol sejarah monumental. Keberadannya patut
dipertahankan. Simbol sejarah ini sebagai ciri khas bentuk rumah yang
hanya bisa ditemukan di daerah Kudus. Namun, kenyataannya rumah adat
yang dikenal dengan Joglo Pencu ini semakin lama terancam keberadaannya.
Hanya sebagian kecil dari masyarakat (pemilik) yang peduli dan
mempertahankan bangunan rumah adat Kudus.
Rumah adat kudus atau Joglo Pencu
sendiri merupakan simbol dari wujud akulturasi kebudayaan Hindu dengan
Islam. Keberadanan rumah adat di kudus sendiri idak lepas dari seorang
tokoh yang bernama Telingshinng. Beliau adalah seorang sodagar atau
pedagang dari China yang mukim dan menetap di Kudus.
Joglo Pencu memiliki 4 (empat) tiang
penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan soko geder yang
melambangkan bahwa Allah SWT bersifat Esa. Kepala bagian Museum Kretek,
Suyanto, menjelaskan bahwa rumah adat Kudus Joglo Pencu memiliki 3
bagian ruangan yang disebut Jogo Satru, Gedongan, dan Pawon. Jogo Satru
adalah nama untuk bagian depan dari rumah tersebut. Secara makna kata
Jogo Satru bisa diterjemahkan jogo artinya menjaga dan Satru artinya
musuh. Namun untuk sehari-hari Ruangan ini sering digunakan sebagai
tempat menerima tamu yang berkunjung.
Gedongan adalah bagian ruang keluarga.
Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga. Untuk
Pawon sendiri letaknya berada pada bagian samping. Pawon biasa
digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi. “Untuk halaman
depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan”,
tutur Suyanto.
Rumah ini diperkirakan mulai dibangun
pada tahun 1500-an M dengan bahan baku utama dari kayu jati berkualitas
tinggi dengan sistem pemasangan knock-down (bongkar pasang tanpa
paku). Pada permukaan kayu juga terdapat ukiran dengan bentuk dan
ukirannya yang mengikuti pola binatang, rangkaian bunga melati, motif
ular naga, buah nanas (sarang lebah),motif burung, dan lain-lain.
Mulai Dilupakan.
Seiring dengan perkembangan masyarakat,
keberadaan rumah adat Kudus sendiri sebagai penentu tingkat
perekonomian seseorang. Tidak dapat dipungkiri untuk pengrajin yang
membuat rumah adat ini mematok harga yang sangat mahal, sehingga hanya
sebagian kecil masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah ke atas
yang bisa membelinya.
Gambar:
0 komentar:
Posting Komentar